Membangun Accelerated Learning Dalam Merancang Program Pendidikan Dan Pelatihan

Kabupaten Banyumas

Accelerated Learning yang diterjemahkan Pembelajaran Yang Dipercepat adalah sebagai salah satu pendekatan terkini dalam proses pembelajaran perlu dimasukkan sebagai salah satu agenda pembahasan dalam setiap merancang program diklat untuk tercapainya daya guna dan hasil guna dalam proses pembelajaran di lembaga diklat, terutama dilihat dari aspek perubahan dan peningkatan kompetensi peserta setelah kembali ke sistem permanen

Oleh : Drs. Joeliono Widyaiswara pada Kantor Diklat Kabupaten Banyumas

Secara umum tujuan dan sasaran pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan kompetensi, baik pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) maupun sikap perilaku (behavior), tetapi faktor efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian hasil pembelajaran sudah barang tentu tidak begitu saja dapat dikesampingkan.

Berbagai macam metode, sarana dan prasarana dan kemampuan fasilitator ikut menentukan keberhasilan suatu program diklat, sehingga dalam merancang program diklat sebagai suatu sistem banyak faktor yang ikut berperanan.

Selain dari pada itu berbagai macam pendekatan dapat digunakan dalam merancang dan mengelola program diklat. Salah satu pendekatan terkini dalam proses pembelajaran dalam suatu diklat adalah Accelerated Learning yang telah dapat memberikan bukti nyata bahwa proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif dan efisien, terutama pada saat peserta diklat sudah kembali ke instansi permanennya untuk menerapkan pengetahuan maupun ketrampilan yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran di diklat, khususnya untuk program diklat teknis maupun fungsional hasil yang diperoleh lebih memberikan bukti perubahan yang nyata. Masalahnya bagaimana merancang program diklat dengan menggunakan pendekatan accelerated learning.

Sebagaimana diungkapkan oleh Dave Meier (2002) dalam bukunya The Accelerated Learning Hand Book, bahwa Accelerated Learning merupakan pendekatan belajar paling maju yang digunakan pada masa sekarang, dan mempunyai banyak manfaat. Accelerated Learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Disini dapat digunakan berbagai metode dan media. Sifatnya terbuka dan luwes.

Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajar diajak terlibat sepenuhnya. Accelerated Learning cocok dengan semua gaya belajar dan memberi energi serta membuat belajar menyenangkan dan benar-benar sangat mementingkan hasil.

Dari pendapat Dave Meier diatas bahwa Accelerated Learning sebagai salah satu pendekatan dalam proses pembelajaran di diklat tidak serta merta muncul begitu saja, tetapi melalui suatu proses penelitian yang cukup lama untuk melihat secara mendalam bagaimana korelasi atau hubungan antara otak dengan proses belajar. Ternyata untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar tidak hanya melibatkan otak kiri saja yang lebih bersifat analitis, logis, matematis dan sekuensial, tetapi juga dibutuhkan peranan otak kanan yang bersifat acak, relasional, intuitif, kreatif dan holistik.

Sebagaimana dikatakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2004) dalam bukunya yang sangat terkenal Quantum Learning, bahwa Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini juga cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan mereka. Belajar terasa sangat mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang dihadapi.

Sehingga seorang pembelajar dengan pendekatan accelerated learning diharapkan tidak hanya menjadi cerdas secara rasional, tetapi juga secara emosional, lebih arif, mampu berfikir sistemik, holistik.dan kreatif sesuai dengan salah satu prinsip accelerated learning bahwa belajar berarti berkreasi, bukan mengkonsumsi. Dalam pendekatan accelerated learning tidak terikat secara ketat terhadap penggunaan salah satu metode, teknik atau media tertentu, tetapi harus disesuaikan dengan minat peserta dan perkembangan lingkungan yang mengitarinya dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dengan semata-mata berorientasi pada hasil yang ingin dicapai (result oriented). Yang lebih menguntungkan lagi bahwa pendekatan ini cocok untuk semua gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta diklat. Faktor-faktor diatas tersebut yang membedakan antara accelerated learning dengan pendekatan-pendekatan pembelajaran bersifat konvensional yang lebih terstruktur, terstandarisasi, top-down maupun mekanistis. Perlu dipahami pula bahwa accelerated learning bukanlah metode, tetapi tujuan yang ingin dicapai dalam penyelanggaraan program diklat dan merupakan pendekatan yang bersifat serba alamiah.

Beberapa prinsip dasar dari accelerated learning sebagai dipaparkan oleh The Centre of Accelerated Learning (www.alcentre.com/what is php) meliputi  :

  1. Proses  pembelajaran akan  melibatkan secara total pembelajar baik pikiranmaupun phisiknya (Learning involves the whole mind and body).
  2. Belajar  adalah  kreasi, dan bukan konsumsi artinya bahwa belajar bukanlah mengumpulkan  informasi  secara  pasif,  tetapi  menciptakan  pengetahuan secara aktif (Learning is creation, not consumption)
  3. Kerjasama  antara  pembelajar  akan membantu meningkatkan hasil belajar (Collaboration aids  learning)
  4. Pembelajaran  dapat  mengambil  tempat  pada  berbagai  tingkatan  secara bersamaan (Learning takes place on many levels simultaneously)
  5. Belajar  berawal  dari  mengerjakan  pekerjaan  itu  sendiri (Learning comes from doing works it self)
  6. Emosi  yang  positif  memberikan pengaruh yang  besar terhadap perbaikan pembelajaran (Positive Emotions greatly improve learning)
  7. Kemampuan  berfikir  imajinatif  akan   dapat  menyerap   informasi  dengan cepat  dan  berjalan  secara otomatis  (The image brain absorbs information instanly and automatically).

Selain prinsip dasar diatas Dave Meier (2002) juga menambahkan beberapa prinsip dasar lainnya, yakni :

  1. Belajar berpusat-aktivitas  sering lebih  berhasil dari pada belajar berpusat -  presentasi
  2. Belajar berpusat-aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat dari pada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi.

Metode-metode yang digunakan dalam pendekatan accelerated learning tidak kaku (rigid), tetapi fleksibel dan bervariasi, artinya tergantung kepada organisasi dari peserta, pokok bahasan maupun minat peserta itu sendiri.

Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl (1997) berpendapat bahwa pendekatan accelerated learning memberikan kepada para peserta diklat kebebasan belajar dan akan membantu dan memberikan ruang gerak kepada mereka untuk menyalurkan bakat dan kecerdasan yang mereka miliki

Dilihat dari aspek perancangan dan pelaksanaan program diklat, accelerated learning dapat memberikan beberapa manfaat sebagaimana diungkapkan oleh Dave Meier, antara lain : waktu yang dibutuhkan dalam menyusun rancangan program diklat akan lebih cepat, sehingga akan lebih efisien, meningkatkan kualitas pembelajaran, karena metode yang digunakan sangat bervariasi, peserta secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran dan pendekatan ini lebih berorientasi kepada hasil. Selain itu dengan pendekatan accelerated learning akan membuat perkembangan pegawai akan lebih kreatif, inovatif dan produktif, dana yang digunakan untuk penyelenggaraan diklat lebih hemat dan efisien. Manfaat lain adalah dalam rangka membangun komunitas belajar yang efektif serta meningkatkan kualitas pembelajaran di era teknologi yang berkembang dengan pesat.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangan dalam merancang program diklat dengan menggunakan pendekatan accelerated learning, antara lain  :

  1. Harus dipersiapkan lingkungan belajar yang positif, yaitu lingkungan yang tenang, nyaman dan dapat menumbuhkan semangat belajar peserta diklat, karena orang dapat belajar dengan baik manakala berada dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif.
  2. Dalam proses pembelajaran harus di-desain sedemikian rupa sehingga dapat melibatkan secara penuh peserta, karena orang dapat belajar dengan baik manakala peserta dilibatkan secara penuh dan aktif serta diberikan tanggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri, Pengetahuan bukannya diserap secara pasif, melainkan harus diciptakan secara aktif oleh peserta sendiri, karena pendekatan accelerated learning lebih banyak dilakukan dengan aktivitas nyata dari pada dengan cara penyampaian materi dan presentasi.
  3. Harus terbangun kerjasama, baik antara peserta maupun peserta dengan fasilitator, karena pendekatan accelerated learning lebih membutuhkan kerjasama dan bukan persaingan.
  4. Fasilitator harus dapat menyajikan berbagai variasi metode dan media pembelajaran yang dapat di adopsi untuk semua gaya belajar dari masing-masing peserta diklat, karena belajar yang baik manakala peserta diberikan berbagai macam alternatif untuk dipilih. Dave Meier (2002) memberikan isyarat kepada para fasilitator dengan ungkapan yang lugas, bahwa seorang fasilitator dalam accelerated learning harus mengembangkan ”dua sayap untuk terbang”, yakni sayap ”kesangsian” dan ”keterbukaan”. Sayap ”kesangsian” disini dimaksudkan bahwa seorang fasilitator harus selalu diliputi rasa sangsi, kritis dan tumbuh rasa serba ingin tahu (curiousities feeling) terhadap segala perubahan yang terjadi, terutama disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang baru atau metode pembelajaran yang terkesan menyenangkan tetapi tidak memberikan kontribusi positif terhadap hasil pembelajaran. Yang kedua sayap ”keterbukaan”, artinya seorang fasilitator harus terbuka untuk menerima inovasi-inovasi maupun perubahan-perubahan lingkungan yang mengitarinya, karena hidup tidak statis, tetapi selalu diwarnai dengan pertumbuhan dan perubahan. Kedua sayap tersebut harus dikembangkan secara seimbang sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal.
  5. Belajar kontekstual, artinya belajar yang baik harus sesuai dengan konteks, antara lain dengan dilakukan praktek atau mengerjakan pekerjaan itu sendiri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 

Merancang program diklat dengan menggunakan pendekatan accelerated learning diharapkan akan dapat dicapai target pembelajaran secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike (2004),  Quantum Learning :Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, PT. Mizan Pustaka, Bandung;

Meier, Dave (2002), The Accelerated Learning Hand Book  (terjemahan),  Kaifa,  Bandung;

Rose, Colin and Nicholl,J,  Malcolm (1997),   Accelerated Learning For The 21st Century :  the Six - Step Plan To Unlock Your MASTER-Mind, Delacorte Press, New York  (www.alcentre.com/what is php)


17 02 2014 09:46:54